·
Pengertian
Cairan dan elektrolit
sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan
cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari
fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi
dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan
zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah
zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut
ion jika berada dalam larutan.
Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh
melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh
bagian tubuh. Keseimbangan cairan
dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan
elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit
saling bergantung satu dengan yang lainnya jika salah satu terganggu maka akan
berpengaruh pada yang lainnya. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar
yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler.
1.
Cairan
intraseluler (CIS) adalah cairan yang berda di
dalam sel di seluruh tubuh.
2. Cairan akstraseluler
(CES) adalah cairan yang berada di
luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : 20% cairan intravaskuler
(plasma), 80% cairan interstitial dan cairan transeluler.
·
Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler.
·
Cairan intersitial
adalah cairan yang terletak diantara sel.
·
Cairan traseluler
adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler,
dan sekresi saluran cerna.
Cairan
tubuh didistribusikan di antara dua kompartemen yaitu pada intraseluler dan
ekstraseluler. Cairan intraseluler kira-kira 2/3 atau 40 % dari BB, sedangkan
cairan ekstraseluler 20 % dari BB, cairan ini terdiri atas plasma (cairan
intravaskuler) 5 %, cairan interstisial (cairan di sekitar tubuh seperti limfe)
10-15 % dan transeluler (misalnya, cairan serebrospinalis, sinovia, cairan
dalam peritonium, cairan dalam rongga mata, dll ) 1-3 %.
·
Fungsi cairan
1. Mempertahankan panas tubuh dan
pengaturan temperatur tubuh.
2. Transport nutrien ke sel.
3. Transport hasil sisa metabolism.
4. Transport hormone.
5. Pelumas antar organ.
6. Mempertahankan tekanan
hidrostatik dalam sistem kardiovaskuler
·
Pergerakan cairan tubuh
1.
Difusi
- Difusi adalah gerakan atau perpindahan zat secara acak
dari daerah / bagian konsentrasi tinggi
(Hipertonik) ke bagian yang berkonsentrasi
rendah (Hipotonik).
- Zat-zat terlarut berupa partikel-partikel, atom, dan
molekul yang berupa gas, cair, atau zat-zat padat akan berdifusi menurun sesuai
gradean konsentrasinya. Difusi akan
berhenti ketika larutan telah mencapai keseimbangan (isotonis).
- Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi difusi :
a.
Suhu berbanding lurus
b.
Konsentrasi partikel berbanding lurus
c.
Ukuran molekul
berbanding terbalik
d.
Berat molekul dari
partikel berbanding terbalik
e.
Area permukaan yang tersedia untuk difusi (luas permukaan membran) berbanding lurus
f.
Jarak lintas dimana massa partikel harus berdifusi berbanding
terbalik
2.
Osmosis
-
Gerakan air melewati membran semipermeabel dari area
dengan konsentrasi zat terlarut rendah ke area dengan konsentrasi zat terlarut
tinggi.
-
Kecepatan osmosis dipengaruhi oleh:
§ Konsentrasi solut di dalam larutan.
§ Suhu larutan,
§ Muatan listrik solut,
§ Perbedaan antara
tekanan osmosis yang dikeluarkan oleh larutan.
-
Macam-macam sifat
larutan :
a.
Isotonik adalah suatu larutan
yang osmolalitasnya sama dengan plasma darah. Pemberian larutan isonik melalui
intravena akan mencegah perpindahan cairan dan elektrolit dari kompartemen
intrasel.
b. Hipotonik adalah suatu larutan
yang memiliki konsentrasi solut lebih rendah dari plasma, sehingga akan membuat
air berpindah ke dalam sel.
c. Hipertonik adalah suatu larutan
yang memiliki konsentrasi solut lebih lebih besar dari plasma, sehingga akan
membuat air keluar dari dalam sel.
1.
Transport aktif
Proses transpor aktif memerlukan
energi metabolisme. Proses tranpor aktif penting untuk mempertahankan
keseimbangan natrium dan kalsium antara cairan intraseluler dan ekstraseluler.
Dalam kondisi normal, konsentrasi natrium lebih tinggi pada
cairan intraseluler dan kadar kalium lebih tinggi pada cairan
ekstraseluler.
Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :
1. Fase I :
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan
nutrisi dan oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.
2. Fase
II :
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan
sel
3. Fase
III :
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan
interstitial masuk ke dalam sel.Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang
merupakan membrane semipermiabel mampu memfilter tidak semua substansi
dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah.
2.
Fitrasi
-
Gerakan air dan zat
terlarut dari area dengan tekanan hidrostatik tinggi ke area dengan tekanan
hidrostatik rendah.
-
Proses ini bersifat
aktif di dalam bantalan kapiler, tempat perbedaan tekanan hidrostastik atau
gradien yang menentukan perpindahan air, elektrolit dan substansi terlarut lain yang
berada diantara cairan kapiler dan cairan interstitial.
·
. Sumber-sumber cairan tubuh
1.
Input
a. Metabolik 200 ml
b. Makanan 700 ml
c. Minuman 1600 ml
2.
Output
a.
GIT (Gastrointestinal) 100 ml
Dalam kondisi normal cairan yang hilang dari gastrointestinal
setiap hari sekitar 100-200 ml. Perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10-15
cc/kgBB/24 jam, dengan kenaikan 10 % dari IWL pada setiap kenaikan suhu 1
derajat celcius.
b.
Paru 300 ml
Menghasilkan IWL sekitar 400 ml/hari. Meningkatnya cairan
yang hilang sebagai respons terhadap perubahan kecepatan dan kedalaman napas
akibat pergerakan atau demam.
c.
Kulit 600 ml
Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis
yang merangsang aktivitas kelenjar keringat. Rangsangan kelenjar keringat dapat
dihasilkan dari aktivitas otot, temperatur lingkungan yang meningkat, dan
demam. Disebut juga Insesible
Water Loss (IWL) sekitar
15-20 ml/24 jam.
d.
Ginjal 1500 ml
Merupakan pengatur utama keseimbangan cairan yang menerima
170 liter darah untuk disaring setiap hari. Produksi urine untuk semua usia 1
ml/kg/jam. Pada orang dewasa produksi urine sekitar 1,5 lt/hari. Jumlah urine
yang diproduksi oleh ginjal dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron
·
Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan &
elektrolit
1. Usia
2. Aktivitas
3. Iklim
4. Diet
5. Stres
6. Penyakit
7. Tindakan medis
8. Pengobatan
9. Pembedahan
·
Fungsi ion dari elektrolit
1. Kontrol osmosis air
2. Keseimbangan asam –
basa
3. Aliran listrik à potensial aksi (pada neuron)
4. Kofaktor enzim
- Intra sel : K+,
Protein, HPO42-
- Extra sel : Na+
, Cl-
·
Pengaturan elektrolit
a.
Natrium
(Na+)
Merupakan kation paling banyak
dalam cairan ekstrasel. Na+ mempengaruhi
keseimbanagan air, hantaran impuls saraf dan kontraksi otot. ion natrium di dapat
dari saluran pencernaan, makanan atau minuman masuk ke dalam cairan
ekstrasel melalui proses
difusi. Pengeluaran ion natrium melalui ginjal, pernapasan, saluran pencarnaan,
dan kulit. Pengaturan konsentrasi ion
di lakukan oleh ginjal. Normalnya sekitar 135-148 mEq/lt.
b.
Kalium (K+)
Merupakan kation utama cairan
intrasel. Berfungsi sebagai excitability
neuromuskuler dan kontraksi
otot. Diperlukan untuk pembentukan glikogen, sintesa protein, pengaturan
keseimbanagan asam basa, karena ion K+ dapat
diubah menjadi ion hidrogen (H+). Kalium
dapat diperoleh melalui makanan seperti daging, buah-buahan dan sayur-sayuran.
Kalium dapat dikeluarkan melalui ginjal, keringat dan saluran pencernaan.
Pengaturan konsentrasi kalium dipengaruhi oleh perubahan ion kalium dalam
cairan ekstrasel. Nilai
normalnya sekitar 3,5-5,5 mEq/lt.
c.
Kalsium (Ca2+)
Kalsium merupakan ion yang paling banyak dalam tubuh, berguna untuk integritas kulit dan struktur sel,
konduksi jantung, pembekuan darah, serta pembentukan tulang dan gigi. Kalsium
dalam cairan ekstrasel diatur oleh kelenjar paratiroid dan tiroid. Hormon
paratiroid mengabsorpsi
kalisum melalui gastrointestinal, sekresi melalui ginjal. Hormonthirocalcitonin menghambat penyerapan Ca+ tulang. Kalsuim
diperoleh dari absorpsi usus dan resorpsi tulang dan di keluaran melalui
ginjal, sedikit melalui keringaserta di simpan dalam tulang. Jumlah normal
kalsium 8,5 – 10,5 mg/dl.
d.
Magnesium (Mg2+)
Merupakan kation terbanyak
kedua pada cairan intrasel. Sangat penting untuk aktivitas enzim, neurochemia, dan muscular excibility. Sumber magnesium didapat dari makanan seperti
sayuran hijau, daging dan ikan. Nilai normalnya sekita 1,5-2,5 mEq/lt.
e.
Klorida (Cl ˉ )
Terdapat pada cairan ekstrasel
dan intrasel, berperan
dalam pengaturan osmolaritas serum dan volume darah, regulasi asam basa,
berperan dalam bufer pertukaran oksigen, dan karbon dioksida dalam sel darah
merah. Klorida disekresi dan di absorpsi bersama natrium di ginjal dan
pengaturan klorida oleh hormin aldosteron.Normalnya sekitar 95-105 mEq/lt.
f.
Bikarbonat (HCO3ˉ
)
HCO3 adalah buffer kimia utama dalam tubuh
dan terdapat pada cairan ekstrasel dan intrasel dengan
fungsi utama adalah regulasi keseimbangan asam basa. Biknat diatur oleh ginjal.
g.
Fosfat
Merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel.
Berfungsi untuk meningkatkan kegiatan neuromuskular, metabolisme karbohidrat,
pengaturan asam basa. Pengaturan oleh hormon paratiroid.
·
Nilai-nilai normal
Jenis cairan dan elektrolit
|
Nilai normal dalam tubuh
|
-
Potasium [K+]
-
Sodium [Na+]
-
Kalsium [Ca2+]
-
Magnesium [Mg2+]
-
Fosfat [PO42-]
-
Klorida [Cl-]
-
Bikarbonat [HCO3]
|
3.5 – 5 mEq/L
135 – 145 mEq/L
8.5 – 10.5 mg/dl (4.5 – 5.8
mEq/L)
1.5 – 2.5 mEq/L
2.7 – 4.5 mg/dl
98 – 106 mEq/L
24 – 28 mEq/L
|
·
Ketidak seimbangan Asam-Basa
- Keseimbangan
asam basa adalah homeostasis dari kadar ion hidrogen dalam tubuh.
- Kadar normal
ion hidrogen (H) arteri adalah: 4x10-8 atau pH = 7,4 (7,35 – 7,45).
- Asidosis =
asidemia → kadar pH darah <7,35
- Alkalemia =
alkalosis → kadar pH darah >7,45.
- Asidosis : Depresi sistem saraf pusat, koma, mati
- Alkalosis : Eksitabilitas saraf meningkat, spasme otot, kejang,
mati
- Kadar pH
darah <6,8 atau >7,8 tidak dapat diatasi oleh tubuh.
-
Kompensasi: sempurna/ parsial
-
pH berubah
(metabolik) à kompensasi respiratorik (jam)
-
pH berubah
(respiratorik) à kompensasi renal (berhari-hari)
-
Asidosis/ alkalosis respiratorik à pCO2
-
Asidosis/ alkalosis metabolik à HCO3-
Ø Gangguan asam basa darah
1. Asidosis metabolik [HCO3-] ↓ dikompensasi dengan PaCO2 ↓
2. Alkalosis metabolik [HCO3-] ↑ dikompensasi dengan PaCO2↑
3. Asidosis respiratorik PaCO2↑ dikompensasi dengan [HCO3-]
↑
4. Alkalosis respiratorik PaCO2↓ dikompensasi dengan [HCO3-]
↓
·
Asidosis (asam) respiratorik
-
Terjadi jika pH <
7,35 dan pCO2 > 45 mmHg
-
CO2 exhalation (turun) à pH (turun)
-
Emphysema,
edema paru, obstruksi jalan nafas, gangguan otot respirasi, kerusakan pusat
respirasi di medulla oblongata.
-
Kompensasi oleh
ginjal :
-
Ekskresi oleh H+ (turun)
-
Reabsorbsi HCO3- (turun)
-
Terapi ventilasi, HCO3- intra
vena
·
Alkalosis (basa) respiratorik
-
Terjadi jika pH >
7,35 dan pCO2 < 35 mmHg
-
Hiperventilasi,
defisiensi O2 (ketinggian), rangsangan pada area inspirasi batang
otak, penyakit paru, stroke, cemas
-
Kompensasi renal :
-
Ekskresi H+
(turun)
-
Reabsorbsi HCO3- (turun)
·
Asidosis (asam) metabolik
- Terjadi pH naik dan HCO3- <
22 mEq/ L
-
Diare,
disfungsi renal, ketosis, kegagalan ginjal mengeluarkan H (protein)
-
Terapi:
hiperventilasi (kompensasi respiratorik), NaHCO3 intra vena
·
Alkalosis (basa) metabolik
-
Terjadi pH naik dan HCO3- > 26 mEq/ L
-
Vomitus,
gastric suctioning, diuretik, penyakit-penyakit endokrin, obat alkalin
(antasida), dehidrasi.
-
Terapi:
hipoventilasi, cairan koreksi defisiensi Cl-, K+
·
Usia & Keseimbangan
Cairan/ Asam - Basa
Bayi
|
Dewasa
|
||
Proporsi
air
|
75%
- 95%
CES
> CIS (2x)
|
55%
- 60%
CIS
> CES (2x)
|
|
Rate
Input-Output
|
7x
>
|
||
Metabolic
Rate
|
2x
>
|
||
Perkembangan
ginjal
|
Bayi
½ x efisiensi dewasa
|
||
Rasio
luas pekembangan : volume
|
3x
>
|
||
Frequensi
nafas
|
30
– 80x /menit
|
||
Konsentrasi
Ion
|
K+, Cl-
>
|
||
·
Ganguan keseimbangan cairan dan elektrolit
1. Ketidakseimbangan cairan
Terdapat
empat kategori ketidak seimbangan cairan, yaitu :
a. Kehilangan
cairan dan elektrolit isotonik.
b. Kehilangan
cairan (hanya air yang berkurang).
c. Penigkatan
cairan dan elektrolit isotonis.
d. Penigkatan
osmolal (hanya air yang meningkat)
2. Defisit volume cairan
-
Defisit volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional
(isotonik). Kondisi seperti ini disebut juga hipovolemia.Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan
intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju
intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler.
-
Secara umum, defisit volumecairan
disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit,
penurunan asupan cairan, perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga
(lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi cairan ekstraseluler
istirahat).
3. Defisit cairan
Faktor Resiko
1. Kehilangan
cairan berlebih (muntah, diare,dan pengisapan lambung). Tanda klinis :
kehilangan berat badan.
2. Ketidakcukupan
asupan cairan (anoreksia, mual muntah, tidak ada cairan dan depresi konfusi). Tanda
klinis : penurunan tekanan darah
4. Dehidrasi
-
Dehidrasi disebut juga ketidakseimbangan hiiper osmolar,
terjadi akibat kehilangan cairan yang tidak diimbangi dengan kehilangan
elektrolit dalam jumlah proporsional, terutama natrium.Kehilangan cairan
menyebabkan peningkatan kadarnatrium, peningkatan osmolalitas, serta dehidrasi
intraseluler.
5. Kelebihan volume cairan (Hipervolemia)
-
Kelebihan cairan
tubuh hampir selalu disebabkan oleh penungkatan jumlah natrium dalam
serum.
-
Kelebihan cairan
terjadi akibat overload cairan/adanya gangguan mekanisme
homeostatispada proses regulasi keseimbangan cairan.
-
Penyebab spesifik
kelebihan cairan, antara lain :
a. Asupan
natrium yang berlebihan.
b. Pemberian
infus berisi natrium terlalu cepat dan banyak, terutama pada klien dengan
gangguan mekanisme regulasi cairan.
c.
Penyakit yang mengubah mekanisme regulasi, seperti
gangguan jantung (gagal ginjal kongestif), gagal ginjal, sirosis hati, sindrom
Cushing
d. Kelebihan
steroid.
Kelebihan Volume Cairan
Factor
resiko :
a. Kelebihan
cairan yang mengandung natrium dari terapi intravena. Tanda klinis : penambahan
berat badan.
b. Asupan
cairan yang mengandung natrium dari diet atau obat-obatan. Tanda klinis : edema
perifer dan nadi kuat
6. Edema
-
Pada kasus kelebihan cairan, jumlah cairan dan natrium yang berlebihan
dalam kompartemen ekstraselulermeningkatkan
tekanan osmotik. Akibatnya, cairan keluar dari sel sehingga menimbulkan
penumpukan cairan dalm ruang interstitial (Edema). Edema yang sering terlihat disekitar mata, kaki dan
tangan.
-
Edema dapat terjadi
ketika adapeningkatan produksi
cairan interstisial/gangguan perpindahan cairan interstisial. Hal
ini dapat terjadi ketika:
a. Permeabilitas
kapiler meningkat (mis.,karena luka bakar, alergi yang menyebabkan perpindahan
cairan dari kapiler menuju ruang interstisial).
b. Peningkatan
hidrostatik kapiler meningkat (mis., hipervolemia,
obstruksisirkulasi vena) yang menyebabkan cairann dalam
pembuluh darahterdorong ke ruang interstisial.
c. Perpindahan
cairan dari ruangan interstisial terhambat (mis., pada blokade limfatik)
- Edema
pitting adalah edema yang meninggalkan sedikit depresi atau cekungan setelah dilakukan penekanan
pada area yang bengkak. Cekungan unu terjadiakibat
pergerakan cairan dari daerah yang ditekan menuju jaringan sekitar (menjauhi
lokasi tekanan). Umumnya, edema jenis ini adalah edema yang disebabkan oleh
gangguan natrium. Adapun edema yang disebabkan oleh retensi cairan hanya
menimbulkan edema non pitting.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar